“Siapa di dunia ini pemilik IQ tertinggi?” lempar salah seorang dosen saya suatu ketika dalam sebuah forum.
Kami mencoba menebak-nebak. Albert Einstein… bukan….. BJ Habibie juga
bukan….. yang lain menyebut berbagai tokoh yang terkenal kejeniusannya…
beliau menggeleng.
“Dalam teori IQ, sederhananya seperti ini. Nilai IQ itu adalah
kecerdasan seseorang dibandingkan kecerdasan seharusnya pada tingkatan
umur seperti dia. Jadi contohnya seperti ini, ada seorang anak berusia
10 tahun, namun dia memiliki kualitas intelejensia yang seharusnya
dimiliki anak usia 15 tahun, maka nilai IQnya adalah 15 dibagi 10 dikali
100, yakni 150. Sebaliknya misalnya ada orang berusia 20 tahun,
intelejensianya sekualitas anak berusia 10 tahun, berarti nilai IQnya
adalah 10 dibagi 20 dikali 100, hasilnya IQnya cuma 50..”
“Jadi siapa akhirnya orang yang paling tinggi IQnya Pak?” tanya kami.
“Sederhana, seharusnya orang yang memiliki
konsep pemikiran yang lebih jauh ke depan jelas IQnya lebih tinggi
dibandingkan orang yang berpikir pragmatis.. yang penting saat ini… yang
penting hari ini. Jadi seorang pemuda 20 tahun yang sudah mempersiapkan
konsep hidup dan menatap kehidupannya sampai usia 50 tahun berarti
IQnya adalah 50/20 dikali 100 sama dengan 250…. Ini jauh lebih tinggi
daripada miliknya Einstein…”
“Jadi secara teori mereka yang mempersiapkan hari tua berarti yang
tertinggi Pak” sela teman saya ragu. Kalau begitu gampang banget dong,
pikirnya.
“Tidak sesederhana itu. Dia mestinya memiliki konsep yang seharusnya
dimiliki saat pertambahan umur itu. Jadi pemikiran dia pada contoh di
atas telah 30 tahun melampaui batas umurnya. Bukan sekedar seperti
orangtua yang berusia 50 tahun”
“Tapi merekakah yang paling tinggi? Sebentar… tidak juga..” kata beliau tersenyum.
“Ternyata IQ tertinggi bukan milik mereka. IQ tertinggi adalah orang
yang hidupnya senantiasa berpikir lebih jauh ke depan… yakni masa
setelah dunia…. Masa akhirat! Orientasinya adalah cukupkah perbekalanku
di masa depan kampung akhirat kelak? Bagaimana caranya supaya aku bisa
bahagia di akhirat?… coba tebak berapa IQ mereka?” tanya beliau.
Kami terdiam bingung. Sebagian ada yang coba memencet-mencet kalkulator.
“misal saja dia berusia 30 tahun. Sementara dia berorientasi ke
akhirat yang tahunnya adalah lebih dari ribuan tahun… kita sebut saja
nilai tahunnya tak terhingga. Maka IQnya adalah tak terhingga dibagi 30
kali 100 sama dengan tak terhingga…. Lihat IQnya tak terhingga! Maka
kita bisa menilai sendiri siapa sesungguhnya pemilik IQ yang paling
tinggi..” tutur beliau.
penulis: doktermudaliar
source: doktermudaliar.wordpress.com
0 comments:
Post a Comment