2/22/2012 - , , 0 comments

Payung dan Ukhuwah Kita


Mari berimajinasi.

Saat itu hujan cukup besar sehingga kita sangat memerlukan payung untuk keluar rumah. Kita sedang berjalan menggunakan payung untuk pergi ke suatu tempat. Kemudian di tengah perjalanan ada seorang teman kita tidak menggunakan payung berjalan ke arah yang berlawanan. Ia basah kuyup. Apa yang akan Anda lakukan?

Sebenarnya apa yang tercantum di atas bukanlah sekedar reka-reka dramatis belaka. Hal ini pernah terjadi pada saya, namun saat itu saya bukanlah pihak yang menggunakan payung, namun justru yang basah kuyup kehujanan. Sekitar dengan lima orang saya berpapasan dengan teman sejurusan, namun tak satu pun yang bahkan menawarkan payungnya. Hanya say hi tanpa memperhatikan keadaan saya.

Ada satu hal yang menarik. Ketika saya sudah dekat dengan kosan, ada dua orang teteh-teteh bergamis yang baru saja keluar dari warteg menggunakan payung. Saat saya dan salah satunya bertemu tatap, beliau langsung menawarkan, “Mau bareng?” saya terkejut. Saya tidak tau beliau siapa dan bahkan mungkin baru kali ini berpapasan. Saya melirik payungnya yang seharusnya hanya cukup untuk seorang. “Nggak usah, Teh, makasih,” ujar saya. Jika saya ikut bersama mereka, saya yakin payung tersebut tidak cukup.

Saya di sini tidak berniat curhat apalagi mengumbar aib. Hanya saja, yang perlu diperhatikan di sini adalah rasa empati. Bandingkan antara kedua kasus. Saya tentu mengenal teman-teman satu jurusan saya, mereka pun mengenal saya. Namun, mengapa rasa empati tersebut tidak muncul? Mengapa justru muncul pada teteh bergamis yang belum saya kenal?

Saya seketika berpikir, tentu saja mereka tidak akan pernah merasakan penderitaan saudara-saudara mereka di Palestina, Afghanistan, dan negri yang dijajah kafir lainnya. Terhadap orang yang dikenal saja mereka tidak merasakan empati.

Ukhuwah… memang kita tidak perlu mengenal secara detail jika kita ingin mempererat ukhuwah. Cukuplah aqidah kita yang bekerja… itu yang saya sadari sekarang.

Kini saya lebih instrospeksi terhadap diri sendiri. Teman-teman seatap, teman-teman seperjuangan, sudahkah saya merasakan empati? Sudahkah saya merasakan ukhuwah? Saya khawatir, tema agung yang senantiasa saya selipkan dalam setiap opini justru belum mendarah daging pada saya sendiri.

Kini saya ingin mengucapkan permohonan maaf…
  1. Kepada adik-adik saya… padahal mereka saudara kandung sendiri tapi kadang saya terlalu selfish dan tidak mau mengalah
  2. Kepada teman-teman satu atap sekarang. Saya pernah lebih mementingkan film disbanding membantu teman saya.
  3. Kepada teman-teman seperjuangan. Banyak kesalahan yang tidak saya sadari…
  4. Kepada teman-teman sekelas dan sejurusan. Ukhuwah kita belum kuat dengan keraguan saya menyampaikan Islam kepada teman-teman…
  5. Dan seluruh umat muslim di seluruh dunia. Saya terlalu egois mementingkan kepentingan pribadi dibandingkan umat ini.

Sesungguhnya saya berusaha mencintai kalian…

0 comments:

Post a Comment